Pages

Tuesday, July 29, 2014

Subjective Pronoun = Kata Ganti Subjek

Setelah membaca pos "Kata Ganti (Pronoun) "Dia" Bahasa Inggris = He, She, It" kamu tahu bahwa bahasa Inggris “dia” untuk laki-laki berbeda dengan "dia" untuk perempuan, juga berbeda dengan "dia" untuk hewan, tumbuhan, atau benda. 

dia laki-laki = he
dia perempuan = she
dia (hewan, tumbuhan, benda) = it

Tapi masalahnya tidak selesai di sini.

Dalam grammar Bahasa Inggris, kata "dia" tidak hanya tergantung jenis kelamin dan wujud, tapi juga tergantung posisi kata "dia" dalam sebuah kalimat, apakah sebagai subjek atau sebagai objek dalam kalimat tersebut.

Jadi, lebih spesifiknya "He, She, It" adalah kata ganti "dia" hanya kalau "dia" adalah subjek kalimat.

Contoh:

1. Dia (laki-laki) makan nasi = He eats rice.

2. Dia (perempuan) minum air = She drinks water.

"Dia" pada kedua kalimat di atas bertindak sebagai subjek, jadi kita memakai kata ganti "He" dan "She".

Kata ganti dalam posisi subjek seperti contoh di atas dinamakan Subjective Pronouns (kata ganti subjek).

Subjective Pronouns lainnya selain "He, She, It" adalah sebagai berikut:

saya = I 
kamu = you
kami, kita = we
mereka = they


Mungkin sampai di sini kamu masih kurang jelas tentang Pronoun sebagai subjek kalimat dan Pronoun sebagai objek kalimat. Agar lebih jelas, silahkan lihat contoh di bawah ini:

3. Saya makan nasi = I eat rice.

4. Chloe berbicara dengan saya = Chloe talks to me.

"Saya" dalam kalimat nomor 3 adalah subjek kalimat.

"Saya" dalam kalimat nomor 4 adalah objek kalimat.

Pada kalimat nomor 4, "me" adalah kata ganti "saya" kalau tersebut adalah objek kalimat. Nah, kata ganti pada objek kalimat ini dinamakan Objective Pronoun.

Ingin tahu Objective Pronouns lainnya? Silahkan klik di sini untuk membaca  “Objective Pronoun = Kata Ganti Objek.”


Pos-pos yang berhubungan:

Saturday, July 26, 2014

Kata Ganti (Pronoun) "Dia" Bahasa Inggris = He, She, It

Ketika baru mulai belajar bahasa Inggris, kita perlu tahu perbedaan-perbedaan utama bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia.

Salah satu perbedaan utama adalah kata “dia". Kata “dia” dalam bahasa Inggris ada tiga bentuk, tergantung apakah “dia” itu laki-laki, perempuan, atau binatang/benda.

dia laki-laki = he
dia perempuan = she
dia binatang/tumbuhan/benda = it

Untuk jelasnya, mari kita lihat contoh berikut:

1. Agus dan Rani sedang makan. Agus makan nasi goreng dan Rani makan bakmi goreng.

Pada bahasa Indonesia, kita harus mengulang menyebut nama Agus dan Rani karena kalau kita mengganti nama-nama tersebut dengan “dia,” kata ini tidak menunjuk secara spesifik siapakah sebenarnya “dia” ini.

2. Agus dan Rani sedang makan. Dia makan nasi goreng dan dia makan bakmi goreng.

Tidak jelas, kan?

Berbeda dengan bahasa Inggris. Kalau yang kita maksud adalah “dia laki-laki” kita cukup memakai pronoun “he”; kalau yang kita maksud “dia perempuan” cukup memakai pronoun “she.”

3. Agus and Rani are eating. He eats fried rice and she eats fried noodle.

Begitu juga dengan “it,” kata ganti yang berfungsi agar kita tidak perlu terus-menerus menyebut ulang benda/binatang yang kita maksud.

4. Agus dan Rani dan seekor kucing sedang minum. Agus minum susu; Rani minum jus; kucing minum air.

Coba kalau kita ganti nama dan binatang tersebut dengan “dia”:

5. Agus dan Rani dan kucing sedang minum. Dia minum susu; dia minum jus; dia minum air.

Lagi-lagi, tidak jelas “dia” itu siapa.

Coba kita lihat dalam bahasa Inggris:

6. Agus and Rani and a cat are drinking. He drinks milk; she drinks juice; it drinks water.

Pada kalimat di atas, kita mengerti bahwa yang dimaksud "he" adalah Agus, "she" adalah Rani, "it" adalah kucing.

Bahasa Inggris dengan tiga kata berbeda untuk “dia” (he, she, it) memang lebih rumit dari bahasa Indonesia. Tapi hal ini membantu kita untuk menunjuk secara spesifik “dia” yang kita maksud.


Pos-pos yang berhubungan:

Friday, July 4, 2014

Arti Kata "Rice"

Saya baru sadar bahwa dalam bahasa Inggris tidak ada kosa-kata khusus untuk padi, beras, dan nasi.

Padi = Rice
Beras = Rice
Nasi = Rice

Biasanya, yang tidak spesifik adalah bahasa Indonesia. Misalnya, bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan gender (jenis kelamin) untuk kata “dia”. Artinya, untuk pria atau wanita, kata "dia" adalah tetap "dia".

Tidak begitu dengan bahasa Inggris. Dalam bahasa Inggris "dia" untuk laki-laki adalah "he", sedangkan "dia" untuk perempuan adalah "she".

Tapi untuk kasus kata “rice,” bahasa Inggris lah yang tidak spesifik.

Untuk membedakan padi, beras, dan nasi, pebahasa Inggris harus menambahkan kata lain untuk menjelaskan “rice” yang dimaksud.

Padi = rice plant
Beras = uncooked rice with the husk removed
Nasi = cooked rice

Dalam berbahasa Inggris sehari-hari, “rice” tanpa embel-embel “cooked” biasanya berarti "nasi". Barulah ketika kita berbicara tentang padi atau beras, kita harus menjelaskan lebih lanjut “rice” apa yang kita maksud.

Pertanyaan saya pada diri sendiri: Mengapa tidak ada vocabulary spesifk untuk padi dan beras?

Terus terang saya tidak tahu jawabannya. Terkaan saya adalah karena nasi bukan benda yang penting dalam kultur pebahasa Inggris karena nasi bukanlah bahan makanan pokok orang Inggris atau Amerika. Karena tidak begitu penting, mereka tidak merasa perlu menunjuk kata khusus untuk padi dan beras.

Mengapa hal ini perlu dimengerti?

Kita harus menyadari bahwa bahasa dipengaruhi lingkungan, kebiasaan, dan kultur pemakai bahasa tersebut. Sesuatu yang penting untuk orang Asia belum tentu penting untuk orang Eropa. Dengan demikian, kita sebaiknya tidak menterjemahkan bahasa asing kata-per-kata ke bahasa kita. Dalam menterjemahkan bahasa, kita harus memperhatikan kultur, kebiasaan, dan konteks dalam kalimat agar terjemahan tersebut tepat.

Coba kita lihat kasus di atas kalau kita menterjemahkan kata-per-kata bahasa Inggris ke bahasa Indonesia:

Rice plant = tanaman nasi
Uncooked rice with the husk removed = nasi tanpa sekam yang belum dimasak
Cooked rice = nasi yang sudah dimasak

Anda bisa lihat sendiri bahwa menerjemahkan kata-per-kata tanpa mengikuti konteks kalimat malahan membuat bingung pembaca.

Kasus di atas adalah salah satu contoh bahwa bahasa mencerminkan kultur dan kebiasan pebahasanya. Artinya, ketika kita belajar suatu bahasa, kita secara tidak langsung juga belajar tentang kultur pemakai bahasa tersebut.

Pos-pos yang berhubungan: